Ketika Kesombongan Tak Lagi Berarti Kita sering mendengar ungkapan: > “Kita berasal dari tanah, hidup di atas tanah, dan akan kembali ke tanah.”
Kalimat sederhana ini sebenarnya menyimpan makna yang sangat dalam. Ia mengingatkan kita siapa diri kita sebenarnya — makhluk yang berasal dari sesuatu yang hina, diberi kehidupan sementara di dunia, lalu dikembalikan lagi ke asalnya.
Berasal dari Tanah
Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah — sebagaimana disebut dalam Surah Al-Mu’minun ayat 12 dan Thaha ayat 55.
Dari unsur tanah yang tidak berharga, Allah membentuk manusia menjadi ciptaan yang mulia, diberi akal, hati, dan tanggung jawab untuk berbuat baik di bumi.
Hidup di Atas Tanah
Selama hidup, kita berpijak di atas tanah, memakan hasil dari tanah, dan bergantung pada apa yang tumbuh darinya. Semua rezeki — dari makanan hingga tempat tinggal — datangnya dari bumi yang sama. Maka, sebenarnya tidak ada yang pantas disombongkan. Kita semua berdiri di tanah yang sama, di bawah langit yang sama.
Kembali ke Tanah
Ketika ajal tiba, tubuh kita akan kembali ke tanah. Semua gelar, jabatan, dan harta akan tertinggal. Tak ada yang ikut kecuali amal. Yang dulu sombong akan diam membisu, yang dulu merasa hebat akan hancur bersama tanah.
Lalu… apa yang sebenarnya bisa kita sombongkan?
Renungan dari Al-Qur’an
Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 28:
“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Ayat ini adalah tamparan lembut bagi kita semua.
Bagaimana mungkin kita sombong kepada Allah, padahal seluruh hidup, mati, dan kebangkitan kita berada sepenuhnya dalam genggaman-Nya?
Mari kita tundukkan hati.
Jangan biarkan kesombongan menutupi kesadaran bahwa kita hanyalah hamba yang datang dari tanah dan akan kembali ke tanah.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu rendah hati, bersyukur, dan sadar diri bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan.
Tidak ada yang patut disombongkan dari tanah yang akan kembali menjadi debu.(Susilo)
